Senin, 14 Desember 2015

Kesan di SMPN 1 Magetan


Hai readers.. aku adalah seorang siswi kelas 9D di SMPN 1 Magetan (snesma). Di postingan kedua ini aku mau cerita tentang kesan kesan yang aku dapat selama menjadi pelajar di SMPN 1 MAgetan. Sebenarnya banyak sekali kesan yang aku dapat mulai dari pengalaman yang menyedihkan, mengharukan, menyenangkan, sampai yang menjengkelkan. Tapi tidak mungkin kan kalau aku menceritakan semua pengalaman itu. Jadi disini aku hanya cerita tentang pengalaman yang penting penting saja. Baiklah, selamat membaca… ;)
Seperti pada umumnya, aku sebagai peserta didik baru diwajibkan mengikuti kegiatan MOS. Waktu awal masuk snesma aku belum akrab sama teman teman sekelas, yaitu teman kelas 7d. Tapi dengan kegiatan Mos ini aku menjadi akrab dengan teman teman sekelas walaupun belum semuanya. MOS saat itu bertepatan diadakan saat Bulan Ramadhan jadi hampir semua kegiatan MOS dilakukan di dalam ruangan. Di snesma ini ada aula yang cukup luas dan di sanalah tempat aku mengikuti kegiatan MOS. Kegiatan mos ini diisi dengan sosialisasi dari bapak ibu guru dan polisi. Selain itu ada juga kegiatan di luar ruangan yaitu latihan upacara bendera. Walaupun latihan upacaranya dilakukan saat puasa tapi aku dan teman teman tetap bersemangat mengikutinya J
Beberapa hari setelah MOS ada kegiatan Pondok Romadhon yang diadakan di pondok pesantren desa Plumpung, Plaosan. Aku kurang cocok dengan makanan disana. Kamar mandinya juga belum cukup bila dibandingkan jumlah siswa. Jadi aku harus numpang mandi di rumah penduduk sekitar. Di pondok itu sholat tarawihnya 18 rakaat ditambah 3 rakaat shalat witir. Sholat di sana gerakannya sangat cepat. Setelah salam langsung takbiratul ikhram tanpa jeda waktu. Surat surat yang dibaca imam juga sangat cepat. jadi intinya aku kurang menikmati kegiatan pondok ramadhan pertamaku ini.
Emm.. aku ini juga anak PMR loo. Dulu waktu kelas 7 aku pernah mengikuti kemah gabungan PMR di lapangan Desa Balegondo. ada 10  Anak PMR snesma yang mengikuti kemah ini. Yaitu aku, Asa, Firda, Galih, Salma, Hanis, Janna, Adel, Rani, Sama Viony. Kami satu regu dan leadernya  adalah Janna. Waktu itu kami berangkat hari Senin dan sesampainya di lapangan kami langsung mendirikan 2 tenda dengan bantuan Bu Iin dan Pak Agus (Pembina PMR di snesma). Tapi di kemah ini kami tidak pernah sekalipun tidur di dalam tenda. Kenapa? Karena setiap malam tendanya diguyur hujan. Saat kemah, malam pertama disambut dengan hujan deras yang merobohkan tenda kami. Akhirnya aku dan teman teman 1 regu memboyong semua barang dan mencari tempat untuk “mengungsi”. Awalnya kami berlindung di balai desa, setelah itu kami berjalan menuju sebuah Panti Asuhan. Dan di sanalah kami mengungsi sampai kegiatan kemah selesai. Kebetulan Pak Agus kenal dengan pemilik panti.
Pak Agus Mujianto (pembina PMR)

Hari kedua kegiatannya adalah penyampaian materi. Ada materi pertolongan pertama, kepalang merahan, remaja sehat, donor darah, dan lain lain. Malam kedua diisi dengan kegiatan pentas seni wira ( SMA sederajat). Tapi kami tidak bisa melihat karena hujan juga. Akhirnya kami di panti menyiapkan properti untuk traveling besok. Traveling disini artinya bukan jalan-jalan atau main-main, tapi maksud dari traveling adalah tes, presentasi, dan praktek tentang materi yang sudah kita dapat hari ini. Malam ini kita begadang untuk mempersiapkan untuk pempersiapkan diri untuk traveling besok.
bu iin

Esok harinya kami menuju lapangan sekitar jam 7. Dan ternyata giliran traveling regu kami adalam jam 2. Akhirnya kami menunggu sambil jalan jalan di sawah dekat lapangan. Sekitar jam 2 kami berangkat menuju tempat traveling, yaitu di Balai Desa Balegondo. Traveling ini selesai sekitar jam 18.30 dan saat itu hujan deras. Jadi kami menunggu hingga hujannya agak reda. Sampai pondok kami segera antri untuk mandi setelah itu mengemas barang barang karena besok pagi kami sudah pulang. Sebenarnya malam ini aka nada api kebersamaan di lapangan. Tetapi karena masih hujan, jadi acaranya tidak diadakan. Kata Kak Yono (Pembina/pengajar PMR snesma) api kebersamaan itu jauh lebih bagus daripada api unggun.
Di hari selanjutnya, seperti biasa kita antri mandi dulu setelah itu mengemas barang lagi sampai tidak ada yang tertinggal karena setelah upacara nanti kita langsung pulang. Kemudian kita sarapan bersama di panti lalu menuju lapangan untuk mengikuti upacara penutupan. Setelah upacara penutupan, diumumkan pemenang dalam semua kategori yang sudah dilombakan (pada kegiatan traveling). Aku sangat bersyukur karena reguku berhasil meraih 4 piala. Setelah acara selesai kami langsung naik mobil menuju sekolah. Setelah itu baru dijemput oleh orangtua masing masing.
foto bersama 1 regu. aku paling kanan
piala hasil latihan gabungan

Sekarang aku mau cerita saat aku kelas 8. Aku duduk di kelas 8c yang diketuai oleh Abdillah Darmawan (Wawan) dan wali kelasnya adalah Bu Haryanti yang merupakan guru Bahasa Inggris. Waktu awal kelas 8 aku duduk sebangku dengan Intan. Tapi tidak lama kemudian, intan pindah duduk sama olga dan aku duduk sama Aurelzya Cahya Salsabilla sampai naik kelas. 
foto bersama Aurelzya di Bajra Sandi, Bali 
Kelas 8 ini menurutku sangat berkesan karena teman temanku sekelas sangat menyenangkan. Apalagi ada Robbi dan Dimas (sole) yang sangat humoris. Di semester 2 sekolahku mengadakan study tour di Bali. Saat di bali aku satu kamar dengan temanku kelas 7 yaitu Asa,Galih, dan Firda. Biro wisatanya adalah Sumirat Tour.  Tempat yang kami kunjungi di bali adalah Tanah Lot, Jogger, Sangeh, Tanjung Benua, Patung GWK, Pantai Pandawa, Pantai Kuta, Pusat Oleh Oleh Krisna, Bajra Sandi, Dan Pasar Sukowati. Kami stay di hotel yang namanya Hotel Made Bali. Hotel ini fasilitasnya juga lumayan bagus. 1 kamar ada 2 ranjang, kipas angin, meja, stop kontak, TV, dan toilet. Walaupun hanya 3 hari di Bali tapi aku sangat menikmati study tourku kali ini. Saat hari terakhir di bali rasanya berat sekali untuk meninggalkan pulau ini. Tapi tak apalah.. insyaallah nanti kelas 11 aku akan kembali menginjak tanah Bali..

Selanjutnya aku mau cerita tentang karyaku bersama teman temanku kelas 8. Kami punya sebuah karya bersama yaitu patung semut . Patung ini kami buat karena tugas dari Pak Endri Tri Wibowo selaku guru seni budaya kami. Pak endro memberi tugas untuk semua kelas 8 membuat patung yang nantinya akan menghiasi aula saat atambe kakak kelas. Patung ini rangkanya kami buat dari bambu yang diikat dengan kawat lalu dibalut dengan kertas semen kemudian dicat. Dalam membuat patung ini, sangat terasa kebersamaan antar siswa kelas 8c. Kami bersama sama menempel kertas semen di rangka patung dengan lem kayu. Lalu kami bersama sama lagi untuk mengecat patung dengan lem hitam dan merah. Saat atambe, patung kelas kami dipajang di panggung aula, mungkin ini karena patung kelas kami sangat bagus, wkwkkk :v
patung semut kelas 8. dari kanan : aku, fachreza, intan


Sekarang aku sudah kelas 9. Di kelas 9d ini teman sekelasku kembali seperti dulu saat kelas 7. Jadi aku dan teman sekelasku sudah saling akrab. Kelas ini diketuai oleh Tri Winarno dan wali kelasnya adalah Bu Ety Wikaningsih yang merupakan guru IPS. Saat ini sudah akhir semester 1. Artinya aku harus lebih rajin belajar untuk menghadapi UN. Apalagi sekolahku menerapkan K13 dan UN menggunakan computer (CBT). Jadi mungkin pengawasannya juga lebih ketat dan harus dikerjakan dengan diri sendiri karena satu kelas soalnya tidak ada yang sama. Di kelas 9 ini belum banyak pengalaman yang mengesankan. Sejak awal masuk kegiatannya hanya belajar dan mengajar. Jadi belum banyak yang bisa aku ceritakan. Mungkin aku akan kembali menceritakan pengalamanku setelah kelulusan nanti. Emm.. aku rasa sudah cukup yang aku ceritakan. Terimakasih telah membaca… 
FYI : september, 2021 aku adalah mahasiswa smt 5 di salah satu univ surakarta. Time flies..

Minggu, 13 Desember 2015

Sejarah Desa Wates, Panekan, Magetan

Kali ini aku akan cerita tentang sejarah atau asal usul tempat tinggalku, yaitu Desa Wates. Desa Wates adalah salah satu desa yang masuk wilayah Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa timur, Indonesia. Menuju desa ini tidak sulit. Jarak dari pusat kota Magetan kurang lebih 5km arah utara. Jalannya juga sudah diaspal halus.
Batas-batas desa wates :
Sebelah utara    : Desa Sidowayah
Sebelah timur    : Desa Bogem
Sebelah selatan     : Desa Milangasri
Sebelah barat    : Desa Milangasri
Bagaimana asal usul terjadinya desa wates yang sangat luas ini?
Desa Wates terdiri dari 4 dukuh, yakni Dukuh Kerep, Dukuh Sedran (letak rumahku), Dukuh banaran, dan Dukuh Wates. Dukuh-dukuh itu pun punya cerita sendiri sendiri
Mula pertama dinamakan Desa Wates (wates=batas) karena dulu desa ini adalah batas antara Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Magetan. Namun ada cerita yang menarik tentang asal usul terjadinya Desa Wates iti sendiri.
Pada jaman dahulu Desa Wates ini dihuni oleh sekelompok “brandal” atau penjahat yang suka merampok, mencuri, mengacau, dan membuat kerusuhan di desa-desa sekitar kabupaten magetan dan ngawi. Hal ini menyebabkan penguasa Kabupaten Magetan dan Ngawi merasa jengkel sehingga Bupati Ngawi mengadakan sayembara. Barang siapa dapat menangkap dan memberantas brandal brandal itu, ia akan diberi hadiah kedudukan sebagai PALANG (jabatan pada jaman penjajah belanda setingkat kepala desa), yang menguasai 8 desa sekitarnya. Akhirnya ada seorang pendekar dari Kabupaten Magetan yang berani mengikuti sayembara tersebut. Ia bernama DIPOKOESOEMO. Ternyata ia bisa memberantas gerombolan brandal yang selalu membuat resah masyarakat, sehingga keadaan daerah Kabupaten Magetan dan Ngawi menjadi aman dan tentram. Sesuai dengan janji Bupati Ngawi, Dipokoesoemo diangkat menjadi palang di Wates dan menguasai desa desa : Milangasri, Kentangan, Bogem, Terung, Ginuk, Taji, dan Sidowayah. Akhirnya karena perkembangan jaman dan aturan aturan yang ada wilayah desa wates yang demikian luas itu dipisah-pisah sehingga desa-desa tersebut berdiri sendiri sendiri. Dan desa wates juga berdiri sendiri yang dipimpin oleh Dipokoesoemo selama 50 tahun. Setelah meninggal dunia ia dimakamkan di makam Desa Wates sebelah barat.
Bagaimana terjadinya dukuh dukuh di desa ate situ?
1.       Dukuh Kerep
Diwilayah ini dahulu banyak dekali penghuninya bila dibandingkan dengan penghuni di wilayah lain. Tempat tinggal penduduk dengan penduduk lain juga berdekatan. Maka oleh Palang Dopokoesoemo diberi nama Dusun Kerep (kerep=rapat/padat)
2.       Dukuh Sedran
Ketika palang dopokoesoemo sedang babat hutan di salah satu tempat di wilayahnya sebelah barat, ia bertemu seorang pangeran (sebutan pangkat di suatu kerajaan) yang sedang NYADRAN (selamatan) di suatu tempat. Dipokoesoemo berpikir sejenak dan akhirnya menamakan tempat pangeran itu dukuh sadran. Kemudian ganti ucapan menjadi Dukuh Sedran.
3.       Dukuh Banaran
Palang Dipokuosoemo merasa belum puas dengan wilayahnya itu. Ia memperluas daerah kekuasaannya ke arah timur Dukuh Kerep. Didaerah sini lebih datar di banding dukuh dukuh yang lain. Maka Dipokoesoemo menamainya Dukuh Banaran (banar=datar)
4.       Dukuh Wates
Sudah jelas nama wates karena dulu merupakan batas antara kabupaten magetan dan nyawi

Berturut turut yang menjadi kepala desa wates yang diketahui adalah :
1.       Dipokoesoemo /palang                 : 1868-1919
2.       Setrotaruno                                    : 1919-1939
3.       Asmogudel                                   : 1939-1948
4.       Sarmin                                          : 1948-1951
5.       Wardi (dari dukuh wates)             : 1951-1965
6.       Suwardi (dari dukuh kerep)         : 1958-1965
7.       Pelda Sukiran (caretaker)             : 1965-1971
8.       Serma Siaji (caretaker)                  : 1971-1980
9.       Serka Yasir (caretaker)                   : 1980-1988
10.   Lugito                                             : 1988-1998
11.   Jumali                                            : 1998-2006
12.   Jumali                                            : 2006-2012
13.   Suwarno                                         : 2012-sekarang

*caretaker : diangkat pemerintah (bupati)